10)   Lorenzo Bandini (1935-1967), 
driver   Italia, meninggal di GP Monako   1967. Setelah hilang kontrol atas   mobilnya di sebuah chicane, ban   belakang mobilnya mengenai pembatas   jalan dan membuat mobil Bandini   berputar-putar sampai menabrak sebuah   tiang dan berbalik. Tiang   tersebut jatuh dan menembus tangki bahan   bakar, sehingga terjadilah   kebakaran yang sekaligus membuat Bandini   terperangkap. Mobil   selanjutnya meledak karena uap panas dari pipa   pembuangan gas bahan   bakar. Bandini mengalami luka bakar hebat dan   dirawat di rumah sakit   setempat selama 3 hari, sebelum akhirnya   meninggal pada 10 Mei 1967.
 9) Roger Williamson  (1948-1973), 
driver   Inggris, meninggal di GP  Belanda 1973. Setelah  salah satu ban  mobilnya  mendadak kehilangan  tekanan dan kempis,  Williamson menabrak  sebuah  tembok pembatas dengan  kecepatan tinggi dan  terseret sejauh  275 meter.  Mobil berakhir dalam  posisi terbalik dan  tangki bahan  bakarnya pun mulai  terbakar. Seorang  pembalap lain, David  Purley  (1945-1985) menghentikan  mobilnya dengan  sukarela dan berusaha   membantu Williamson keluar dari  mobilnya; namun  usahanya juga gagal   karena posisi mobil yang terbalik.  Celakanya para  marshal menduga   justru mobil Purley yang mengalami  kecelakaan. Begitu  mengetahui   kondisi yang sebenarnya, marshal pemadam  api tidak berhasil  pula   menolong Williamson. Mobil pemadam yang lebih  besar baru datang  hampir   10 menit kemudian, di mana Williamson sudah  lebih dulu tewas  akibat   asfiksia.  

 8) Helmuth Koinigg  (1948-1974), 
driver   Austria, meninggal di GP  Amerika Serikat 1974.  Kematian akibat   pemasangan logam pembatas Armco  yang tidak tepat.  Setelah mengalami   gagal suspensi di daerah tikungan  lambat, mobilnya  menabrak tembok   pembatas Armco dengan posisi kepala  Koinigg membentur  tembok terlebih   dahulu. Kecepatan mobilnya rendah  namun karena Armco  yang tidak   terpasang dengan baik (ujungnya yang  tajam masih terlihat!),  logam   pembatas yang tajam itu pun mencederai  leher Koinigg sampai  kepalanya   terpenggal  

   
7)   Tom Pryce (1949-1977), 
driver  Wales,  meninggal di GP Afrika Selatan   1977. Kematian paling aneh di  sirkuit F1  dari tinjauan sebab: tertimpa   tangki pemadam api seberat  20 kg! Adalah  Renzo Zorzi yang baru saja   mengalami kecelakaan; akibat  pengukur bahan  bakarnya rusak. Ia memarkir   mobilnya di sisi kiri  trek lurus. Zorzi  kesulitan keluar dari mobil   karena gagal melepaskan  pipa oksigen dari  helmnya; namun bagian   belakang mobilnya sudah  mengeluarkan api. Ini  membuat Zorzi membutuhkan   bantuan 2 orang  marshal dari seberang trek  untuk memadamkan api dari   mobilnya. Dua  marshal itu pun menyeberang trek  yang sedang dilalui   mobil F1 tanpa  izin (!). Marshal pertama lolos.  Namun marshal kedua,   Fredrik Jansen  van Vuuren (19 tahun) – yang membawa  tangki pemadam api   seberat 20 kg  – tertabrak oleh mobil Pryce (dengan  kecepatan 270   km/jam). Pryce  menabrak van Vuuren karena pandangannya  terhalang oleh   mobil  Hans-Joachim Stuck (yang hampir menabrak van Vuuren  juga, namun    berhasil menghindar di detik terakhir). Van Vuuren  terlempar ke udara,    dengan tubuh hancur (sampai tidak dapat dikenali),  dan tewas  seketika.   Sedangkan Pryce, yang mendadak tertimpa tangki  pemadam,  tewas  seketika  karena benda berat itu hampir memutuskan  kepalanya  (!!). Ia  pun  terlempar keluar dari mobil. Mobil Pryce masih  berjalan  tanpa  driver  sejauh beberapa ratus meter.
 6) Ronnie Peterson  (1944-1978),  
driver   Swedia, meninggal di rumah  sakit setelah kecelakaan  GP Italia 1978.   Peterson baru saja mengalami  kecelakaan tabrakan  beruntun di belokan   pertama GP Italia 1978, yang  melibatkan 9 pembalap  lainnya. Ia hanya   mengalami cedera tungkai; yang  relatif “ringan” jika  dibandingkan  dengan  Vittorio Brambilla yang  mengalami koma akibat  kepalanya  tertimpa ban  “terbang”. Peterson  dilarikan ke rumah sakit  Milan untuk  diperiksa.  Ternyata ia mengalami  beberapa patah tulang di   tungkainya. Ia pun  dijadwalkan untuk  dioperasi keesokan paginya. Namun   sebelum pagi tiba,  Peterson  mengalami emboli lemak yang bersumber  dari  daerah patah tulang  di  tungkainya; dan meninggal Senin (11  September)  pagi. 

5)   Gilles Villeneuve (1950-1982), 
driver   Kanada, meninggal di  kualifikasi  GP Belgia 1982. Dalam pertandingan,  ia  bertemu mobil  lambat di jalur  kiri. Mobil Jochen Mass. Mereka pun   mengalami  miskomunikasi: Mass yang  mengira Villeneuve akan mencatat   waktu,  bermaksud membiarkannya lewat  dengan bergerak ke kanan.   Villeneuve  yang berniat mendahului Mass (yang  tadinya ada di jalur  kiri)  segera  membelokkan mobil ke kanan. Mereka  bertabrakan di jalur  kanan.  Mobil  Villeneuve, yang berada di belakang,  terbang ke udara  dan mendarat   (hidung lebih dulu) dengan kecepatan 225  km/jam.  Villeneuve masih   terseret sejauh 50 meter ke arah pagar kait di   pinggir trek; di mana   lalu ia tersangkut dan mengalami patah leher. Ia   langsung dibawa ke   rumah sakit St.Raphael University, dan sempat   dipertahankan hidup  selama  beberapa jam sebelum akhirnya meninggal   sekitar pukul 9 malam  waktu  setempat. 
 

4)   Riccardo Paletti (1958-1982), 
driver   Italia, meninggal di GP Kanada   1982. Ia baru saja melakukan start  GP-nya  yang kedua. Karena gangguan   koordinasi marshal, lampu kuning  tidak  dihidupkan setelah Didier Pironi   (lagi-lagi!) stalled on grid  saat  start. Paletti terlambat merespons   dan hidung mobilnya menabrak  bagian  belakang mobil Pironi. Ia  mengalami  benturan di dada dan tidak  sadarkan  diri. Mobil Paletti  selanjutnya  mengalami kebakaran, dan ia  pun  mengalami asfiksia akibat  asap karena  terperangkap dalam mobil  (sampai  para marshals pun butuh  setengah jam  untuk mengeluarkan  Paletti). Ia  meninggal setibanya di  rumah sakit  Royal Victoria di  Montreal; 2 hari  sebelum ultahnya yang  ke-24.

 3)   Elio De Angelis (1958-1986), 
driver   Italia, meninggal dalam uji coba   mobil di sirkuit Paul Ricard, Le   Castellet, Prancis usai GP Monako   1986. Mobil De Angelis mengalami   kebakaran setelah tabrakan, dengan   kondisi downforce mendadak hilang   akibat lepasnya sayap belakang mobil.   Ia hanya mengalami luka bakar   ringan dan patah tulang selangka, namun   De Angelis tidak dapat keluar   dari mobilnya. Apalagi di sirkuit yang   bersangkutan hampir tidak ada   marshal yang bersiap di tempat. Marshal   baru datang 30 menit kemudian   dengan helikopter (!!!!), dan melarikan   De Angelis ke rumah sakit   Marseille. Ia pun meninggal di sana 29 jam   kemudian. 

2)   Roland Ratzenberger (1960-1994), 
driver   Austria, meninggal di   kualifikasi GP San Marino 1994. Ratzenberger  yang  baru saja membalap 1   kali di F1, mengalami kerusakan sayap depan  mobil  di putaran   kualifikasi sebelumnya. Akibat kecepatan yang  tinggi,  ditambah tekanan   angin, sayap depan tersebut patah dan  tersangkut di  bawah mobilnya.   Mobil Ratzenberger pun tidak dapat  membelok dan  membentur tembok solid   dengan kecepatan 315 km/jam.  Setelah tabrakan,  mobil berputar-putar   kembali ke trek, dan terlihat  jelas bahwa  Ratzenberger mengalami patah   leher yang langsung  menewaskannya di  tempat.
1)   Ayrton Senna da Silva (1960-1994), 
driver   Brazil, meninggal di GP San   Marino 1994. Juara dunia 3 kali ini  start  dari pole position. Sesaat   setelah start, Pedro Lamy dan Jyrki   Jarvilehto mengalami tabrakan yang   mengakibatkan keluarnya safety  car.  Safety car keluar selama 5  putaran.  Pada 2 putaran berikutnya,  mobil  Senna terlihat understeer  dan keluar  jalur mendadak di tikungan   Tamburello, dengan kecepatan 310  km/jam,  lalu menghantam tembok  solid.  Sebab kematian Senna yang  sebenarnya  masih misterius. Senna  disebutkan  mengalami luka tembus  akibat patahan  suspensi yang  menembus helm dan  bagian depan  tengkoraknya. Ironisnya  video yang  merekam momen tabrakan  sepanjang  1.5 detik ternyata hilang. 
 
Damon  Hill, rekan setim Senna di  Williams  pada tahun 1994; bersikeras   bahwa Senna telah melakukan  kesalahan  biasa, namun fatal. Sebagian   penggemar berat Senna menduga ada   konspirasi yang bertujuan membunuh   pembalap berusia 34 tahun tersebut.   Banyak juga yang memperdebatkan   apakah Senna meninggal spontan atau di   rumah sakit, karena ia tidak   dinyatakan meninggal di trek. Pernah  juga  dilaporkan bahwa video itu   ternyata ada dan memperlihatkan Senna   “melepas” setir seusai mobilnya   melintir (namun video ini pun   dipertanyakan keasliannya).  Bagaimanapun  kejadian sebenarnya, tragedi   ini telah mengubah  pandangan FIA terhadap  keselamatan di lingkup  Formula  1.
 
 
                          Untuk mendapatkan berita dunia seputar unik, lucu, aneh, seram di 
                          
                          Anda, Anda dapat tekan tombol 
                          
                          dibawah ini ^.^, semoga Anda semua terhibur.
                        
                        
                        
 
{ 0 komentar ... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar